23 Agu 2011

Refleksi Gerakan Penolakan Kenaikan BBM 2008

Catatan Subhan Usman - ForKATA
Pernah ada ForKATA - Forum Kajian Kota di kota ini. Sebuah perkumpulan aktivis mahasiswa Unhas yang menginisiasi kajian perubahan sosial perkotaan. Mereka adalah alumni Sekolah Sore, suatu kelompok studi terbatas yang difasilitasi Alwy Rachman cs. ForKATA juga menerbitkan jurnal SUARA KOTA (7 edisi), hingga mandek. Kini, para aktivis perkumpulan ini bekerja profesional di beberapa kota di Indonesia.
Di tengah gonjang-ganjing penolakan kenaikan harga BBM tahun 2008, persisnya 26 Mei, ForKATA menggelar forum kajian di pendopo Kampus STMIK Dipanegara. 30-an mahasiswa dan masyarakat mengikuti acara itu hingga usai. Menghadirkan pembicara dari aktivis mahasiswa dan perwakilan rakyat miskin kota. Hasilnya adalah catatan reflektif tentang kontroversi kebijakan pemerintah RI dan aksi-reaksi dari mahasiswa dan masyarakat atas kenaikan harga BBM. Catatan ForKATA ini tentu saja akan tetap relevan hingga kini lantaran pemerintah belum pernah merancang kebijakan penurunan harga BBM (Bahan Bakar Minyak).
Catatan ini menjadi menarik ketika ForKATA mencoba mengulas aksi-reaksi mahasiswa dari waktu ke waktu berkaitan dengan penolakan kenaikan BBM. isu seputar independensi organ aksi, fragmentasi isu, dan polarisasi gerakan mahasiswa terungkap dalam forum ini. ForKATA terkesan mengambil jarak dari dinamika aksi. Adalah Subhan Usman alias Uya, yang sempat mengkordinasi ForKATA, merangkum hasil diskusi  hari itu. Berikut catatannya.

22 Agu 2011

Bagaimana Organizer Komunitas di AS Menyelamatkan Demokrasi

Judul postingan ini diolah dari review buku koleksi website goodreads yang berjudul Calling All Radicalls: How to Grassroots Organizers Can Save Our Democracy http://www.goodreads.com/book/show/1066652.Calling_All_Radicals. Penulisnya adalah Gabriel Thompson, seorang organisator komunitas, jurnalis, sekaligus peneliti serikat pekerja, dan pembela kaum migran di Brooklyn. Selain Calling All Radicalls, dia juga penulis buku Working in the Shadows dan There’s No José Here.
Buku Calling All Radicalls (Nation Books, 2007), termasuk salah satu dari tiga buku, yakni Building Powerful Community Organizations: A Personal Guide to Creating Groups That Can Solve Problems and Change the World (Michael Jacoby Brown); Tools for Radical Democracy: How to Organize for Power in Your Community (Joan Minieri and Paul Getsos), yang secara tegas berafiliasi pada pikiran dan model pengorganisasian gerakan Saul David Alinsky. Ketiga buku tersebut memang dipersembahkan kepadanya. Alinsky dikenal luas oleh kalangan organizer dan advokasi masyarakat akar rumput, tidak saja di AS, tapi juga di Asia, khususnya di Filipina melalui salah seorang muridnya Dennis Murphy, pendiri Urban Poor Association (UPA). Di Indonesia, selain UPC - Urban Poor Consortium, "taktik radikalisasi” Saul Alinsky dikembangkan menjadi manual pengorganisasian rakyat pedesaan, yang salah satunya diterbitkan oleh jaringan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA). Semua itu merupakan intisari dari konsep Rules for Radicals: A Pragmatic Primer for Realistic Radicals. Alwy Rachman secara apik menerjemahkan intisari prinsip radikal Alinsky dalam blognya:10 Taktik untuk Para Radikal: Dalil-dalil Alinsky tentang Kekuatan dan Kekuasaan 

19 Agu 2011

Solusi Paradigmatik Atasi Kemiskinan

M. Nawir
Aktivis Jaringan Rakyat Miskin Kota - Uplink Indonesia
Postingan berikut ini dipetik dari hasil wawancara yang dimuat media online Kabar Makassar.com edisi 11 oktober 2010. Sedikit diedit dan penambahan kata oleh penulis. Judul asli Harus Ada Solusi Nyata Atasi Kemiskinan (buka http://www.kabarmakassar.com/ berita/30-opini-utama/530-harus-ada-solusi-nyata-atasi-kemiskinan.html).
Data kemiskinan di kota Makassar adalah data versi BPS yang menggunakan indikator nasional. Setahu penulis, pemkot belum pernah merilis data dan angka kemiskinan versi sendiri berdasarkan survey dengan indikator lokal. Kemungkinan besar berbeda dengan BPS, bisa lebih besar, atau sebaliknya.

5 Agu 2011

Rumah, Mobil, Korupsi, dan Ilegalitas di Kota

Oleh M. Nawir
Judul postingan di atas diinspirasi oleh tulisan Leonardo Padura Fuentes dalam versi bahasa Inggris yang berjudul Cuba: Cars, Houses, Corruption, Illegality, yang saya petik dari website “Other News” asuhan Roberto Savio, edisi Kamis 28 Juli 2011. Leonardo Padura Fuentes adalah seorang penulis dan wartawan Kuba, yang novelnya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari lima belas bahasa. Karyanya yang terbaru adalah The Man Who Loved Dogs, yang menggambarkan Leon Trotsky dan pembunuhnya Ramon Merc ader sebagai karakter tokoh sentralnya (silahkan berselancar di http://www.other-net.info/index.php).
Judul tulisan tersebut akan lebih kontekstual jika dikaji dari trend pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia, tidak terkecuali di Makassar. Pertumbuhan kota yang ditandai dengan membengkaknya kepadatan penduduk akibat urbanisasi seakan berkejaran dengan tingkat kepadatan pemukiman, dan kepadatan kendaraan bermotor di jalan raya pada satu sisi; serta, praktik-praktik ilegalitas seperti korupsi di level elit politik , dan kriminalitas warga kota, pada sisi yang bersamaan.