17 Mar 2015

Obituari Kak Zohra

MEMAKNAI RIWAYAT
zohra andi baso (1952-2015)
http://wikipeacewomen.org/wpworg/en/wp-content/uploads/sites/2/2015/09/1269.jpg
Ada yang sedang
Menanggalkan pakaianmu satu persatu
Mendudukkanmu di depan cermin dan
Membuatmu bertanya...
Tubuh siapa kah gerangan yang kukenakan ini?
Ada yang sedang diam-diam
Menulis riwayat hidupmu
Menimbang-nimbang hari lahirmu dan
Mereka-reka sebab-sebab kematianmu
.
Puisi karya Sapardi Djoko Damono (Hujan Bulan Juni, 1990) sering dinyanyikan mahasiswa fakultas Sastra Unhas. Suatu masa, dimana aktivis kampus menggandrungi filsafat dan kajian seni. Di masa itu pula dinamika gerakan mahasiswa dan masyarakat sipil menguat. Kelompok-kelompok studi dan penerbitan menjadi alternatif gerakan mahasiswa. Di luar kampus, advokasi atau pembelaan atas hak universal warga dimotori NGO/LSM. Sebut di antaranya adalah YLKI Sulsel, YLBHI Makassar, WALHI, dan AMAN. LSM-LSM ini bisa menjelaskan  riwayat Zohra Andi Baso, yang akrab dipanggil Karaeng Intang atawa kak Zohra. Riwayat perjuangan organisasi masyarakat sipil di Indonesia, apatah lagi di Makassar telah mencatat almarhumah kak Zohra sebagai pejuang advokasi HAM.
Saya beruntung mengenal dan bekerja bersama kak Zohra di awal tumbuhnya kebebasan berpendapat dan berserikat. Sesuatu yang sulit di masa kuatnya politik stabilitas Orde Baru. Sekedar mengingat peran kak Zohra di balik perisriwa penting tahun 90-an, di antaranya; Mimbar Golput mahasiswa Unhas, Pertemuan Nasiomal Walhi II di makassar, aksi jaringan mahasiswa anti nuklir (Jaman) di konsulat jepang, aksi menentang pembredelan Tempo, pengungkapan kasus 200 buruh perempuan di perkebunan kopi yang terpapar pestisida. Hingga momentum aksi massa reformasi 1998. Peran kak Zohra tidak sebatas pendorong gerakan, juga jaringan informasi, dan negosiator yang handal. Lebih dari itu dia adalah pembela masyarakat marjinal yang total hingga di usia senjanya. 
Tidak banyak aktivis perempuan LSM yang tetap konsisten bicara lantang di hadapan pejabat tentang kesetaraan dan demokrasi. Dikenal suka memprotes blak-blakan. Tetapi, menjaga relasi sosial dengan pihak-pihak yang ditentangnya. Karakter aktivis ini yang menjadi tauladan para pegiat gerakan advokasi pasca reformasi. Berbeda pendapat, tidak bermusuhan. Mengkritik dilandasi maksud baik. Aksi jalan bukan satu-satunya cara mencapai tujuan.
Begitu lah pesan moral yang ditunjukkan kak Zohra dalam ucapan dan tindakan sepanjang karirnya. Laiknya membaca puisi, memahami keberadaan seorang tokoh cerita, problematiknya, cita-cita dan tujuan hidupnya, barulah terasa utuh bermakna di akhir pembacaan itu. Demikian halnya kematian, bukan hanya haru biru. Di dalamnya senantiasa melahirkan makna baru. Selamat jalan kak Zohra. Kami ikhlas melepasmu  (M. Nawir, mantan pengurus YLK Sulsel, 1992-2002). (dimuat Tribun Timur Mks, 16 Maret 2015)