Ekspresi kaum urban melampaui batas
wilayahnya sendiri. Mereka secara bebas menggambar dan menulis ide di atas
properti sendiri, di tembok, mobil, perahu, becak, dan sebagainya. Ekspresi mereka
vulgar dan lugas. Mereka melukiskan ide, idola, hasrat, dan penegasan diri
menyangkut pekerjaan atau pun kebiasaan sehari-hari dengan warna yang mencolok
tentunya. Sebagai contoh sebuah perahu bermesin diesel di kota Manado
Sulawesi Utara, tertulis "Santiago Freedom" di belakang deknya; boat nelayan, tidak jauh
dari pasar Calaca-45, dimana biasanya pelancong bertolak ke Taman Nasional
Bunaken. Bisa jadi kreativitas seperti ini hanya ada di Manado.
Para ahli telah lama merumuskan konsep
ekspresi bahasa adalah kesadaran historis, lebih dari sekedar retorika, yang
mengutamakan praktik berkomunikasi dan bertukar informasi dua pihak. Dan,
karena itu pula menarik menelusuri kesadaran historis di balik pesan
"perahu santiago freedom". Bagi masyarakar Sulawesi Utara,
khususnya di kabupaten Talaud,
nama dan sebutan Santiago tercatat dalam sejarah sebagai ikon perlawanan
terhadap kolonialisme sekira tahun 1670-1675. Sebagai nama tokoh (pejuang),
Santiago adalah seorang raja di kepulauan
Sangihe yang tewas dihukum pancung oleh penguasa VOC.
"Biar saya mati digantung, tidak mau tunduk kepada penjajah",
demikian kutipan kalimat sang hero, yang kemudian diabadikan pada tugu
perbatasan Indonesia
dengan Filipina di desa Miangas.
Sosok Santiago dijadikan monumen (patung), yang diresmikan Pangdam VII Wirabuana, 20 Agustus 2009 lalu. Pada monumen tersebut terpancang bendera Merah Putih, Piagam PBB dan keputusan protokol Filipina – Indonesia bertanggal 9 April 1928 berisi pengakuan pemerintah Filipina atas pulau Miangas adalah milik NKRI.
Jiwa patriotik Santiago telah diabadikan menjadi markas-markas militer. Misalnya, markas Kodim 1301/Satal. Markas ini dibangun di lokasi eksekusi mati sang raja, yakni di sebuah tanjung di desa Bungalawang, Tahuna. Kemudian pada tahun 1964, nama Santiago diabadikan menjadi Korem 131/Santiago, yang membawahi enam Komando Distrik Militer (Kodim) dan dua Yonif teritorial di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Menariknya lagi, markas Korem Santiago merupakan salah satu bangunan Belanda sebagai benda peninggalan sejarah, yang terdaftar dalam objek tujuan wisata kota Manado.
Lebih jauh menelusuri jejak “santiago freedom”, maka anda akan menemukan catatan sejarah yang sangat kaya dan menakjubkan. Paulo Coelho, seorang penulis roman yang tersohor punya cacatan menarik tentang hal ini ketika dia berkunjung ke katedral Santiago de Compostella di Spanyol. Menurutnya, Santiago adalah Saint James, salah seorang dari tiga murid Yesus yang menjadi saksi kebangkitan Yesus bersama Saint Peter dan Saint John. Sedangkan katedral de Compostella yang dibangun oleh raja Alfonso II pada tahun 829, diyakini oleh para pengikutnya adalah tempat pemakaman Santiago. Katedral ini sempat dibumihanguskan oleh pasukan Arab-Muslim pada tahun 997. hingga kemudian dibangun kembali oleh raja Alfonso VI pada tahunn 1075. Pembangunan kembali katedral Santiago ini menandai kebebasan bangsa Spanyol dari cengkeraman peperangan.
Maka benarlah tulisan tangan nelayan perahu bermesin diesel itu. “Santiago Freedom” yang maksudnya mungkin “Santiago Sang Pembebas”. Sosok Santiago selalu bertalian dengan peristiwa perjalanan, perang, pembebasan, dan patriotisme. Namanya membentang dari daratan Spanyol, Portugis sampai Amerika Latin. Di Peru dikenal sang hero, Carreno Marcelino Santiago, seorang kolonel yang memimpin gerilya (1820-1825) hingga Peru merdeka dari penjajah Spanyol. Oleh para pengagumnya, patriotisme CM Santiago diagung-agungkan sebagai sang pembebas Chili, mengorganisir satu skuadron resimen kavaleri, dan menjadi pemimpin "gerilyawan garda depan" dalam pertempuran akhir Ayacucho. Bahkan, di Malaka, ada benteng Fort Santiago yang dibangun Portugis dari reruntuhan Masjid Melayu kuno dan makam raja-raja Malaka, dibawah perintah Alfonso De Alburquerque pada tahun 1511. Dan, masih banyak lagi kisah dan catatan sejarah yang menjelaskan nama Santiago sebagai Sang Pembebas.
Sosok Santiago dijadikan monumen (patung), yang diresmikan Pangdam VII Wirabuana, 20 Agustus 2009 lalu. Pada monumen tersebut terpancang bendera Merah Putih, Piagam PBB dan keputusan protokol Filipina – Indonesia bertanggal 9 April 1928 berisi pengakuan pemerintah Filipina atas pulau Miangas adalah milik NKRI.
Jiwa patriotik Santiago telah diabadikan menjadi markas-markas militer. Misalnya, markas Kodim 1301/Satal. Markas ini dibangun di lokasi eksekusi mati sang raja, yakni di sebuah tanjung di desa Bungalawang, Tahuna. Kemudian pada tahun 1964, nama Santiago diabadikan menjadi Korem 131/Santiago, yang membawahi enam Komando Distrik Militer (Kodim) dan dua Yonif teritorial di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Menariknya lagi, markas Korem Santiago merupakan salah satu bangunan Belanda sebagai benda peninggalan sejarah, yang terdaftar dalam objek tujuan wisata kota Manado.
Lebih jauh menelusuri jejak “santiago freedom”, maka anda akan menemukan catatan sejarah yang sangat kaya dan menakjubkan. Paulo Coelho, seorang penulis roman yang tersohor punya cacatan menarik tentang hal ini ketika dia berkunjung ke katedral Santiago de Compostella di Spanyol. Menurutnya, Santiago adalah Saint James, salah seorang dari tiga murid Yesus yang menjadi saksi kebangkitan Yesus bersama Saint Peter dan Saint John. Sedangkan katedral de Compostella yang dibangun oleh raja Alfonso II pada tahun 829, diyakini oleh para pengikutnya adalah tempat pemakaman Santiago. Katedral ini sempat dibumihanguskan oleh pasukan Arab-Muslim pada tahun 997. hingga kemudian dibangun kembali oleh raja Alfonso VI pada tahunn 1075. Pembangunan kembali katedral Santiago ini menandai kebebasan bangsa Spanyol dari cengkeraman peperangan.
Maka benarlah tulisan tangan nelayan perahu bermesin diesel itu. “Santiago Freedom” yang maksudnya mungkin “Santiago Sang Pembebas”. Sosok Santiago selalu bertalian dengan peristiwa perjalanan, perang, pembebasan, dan patriotisme. Namanya membentang dari daratan Spanyol, Portugis sampai Amerika Latin. Di Peru dikenal sang hero, Carreno Marcelino Santiago, seorang kolonel yang memimpin gerilya (1820-1825) hingga Peru merdeka dari penjajah Spanyol. Oleh para pengagumnya, patriotisme CM Santiago diagung-agungkan sebagai sang pembebas Chili, mengorganisir satu skuadron resimen kavaleri, dan menjadi pemimpin "gerilyawan garda depan" dalam pertempuran akhir Ayacucho. Bahkan, di Malaka, ada benteng Fort Santiago yang dibangun Portugis dari reruntuhan Masjid Melayu kuno dan makam raja-raja Malaka, dibawah perintah Alfonso De Alburquerque pada tahun 1511. Dan, masih banyak lagi kisah dan catatan sejarah yang menjelaskan nama Santiago sebagai Sang Pembebas.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar