Pengantar M. Nawir
Tulisan ini saya terjemahkan secara bebas dari situs Global
Research yang berjudul Poverty versus Progress: Comparing the US and
Venezuela: What Does it Mean to be "Third World" in 2013.
Penulisnya adalah Eric Draitser, pengasuh blog stopimperialism.com. Isi tulisannya biasa-biasa saja, dan karena
itu mudah dimengerti. Edisi bahasa inggrisnya klik http://www.globalresearch.ca/ poverty-versus-progress-comparing-the-us-and-venezuela/5321055 atau ke http://stopimperialism.org/articles/poverty-and-progress-comparing-the-us-and-venezuela/.
Yang ingin saya bagi kepada kawan-kawan pembaca dari
tulisan ini adalah kemiripan konsep dan istilah kemiskinan dan alat ukurnya,
yang dijadikan perbandingan oleh penulisnya dalam konteks Amerika Serikat dan
Venezuela. Sebagaimana kita ketahui kedua negeri di benua Amerika ini sejak
tahun 2000-an berseteru secara ideologi-politik. Maklumlah, AS di mata sebagian
pemerintah di negara-negara Amerika Latin adalah musuh bersama pemerintahan
Sosialis. Justru kontrdiksi politis itu yang ditonjolkan oleh Eric, terutama
dalam soal pemiskinan oleh sistim ekonomi kapitalis yang dialami kelas pekerja
dan penduduk berkulit warna di AS. Menariknya lagi, alat ukur kemiskinan yang
digunakan pemerintah AS mirip dengan di Indonesia, yakni alat ukur BPS. Apa
jadinya, indikator kemiskinan menjadi semena-mena, dan mengabaikan kondisi
lokal-kultural. Cara ini lah yang sekian lama menjajah pemerintah negara-negara
Asia dan Amerika Latin sebagai kelas ketiga dari masyarakat dunia. Sebaliknya,
di Venezuela mengukur pengentasan kemiskinan secara kualitatif-komprehensif.
Tulisan ini mencoba merevisi pemikiran tentang masyarakat Dunia Ketiga. Selamat
membaca!#
Kemiskinan vs Kemajuan: Membandingkan AS dan Venezuela
Memaknai "Dunia Ketiga" di Tahun 2013?
Memaknai "Dunia Ketiga" di Tahun 2013?
Mengacu pada pengertian konvensional
tentang "Dunia Ketiga", maka istilah tersebut merujuk
kepada masyarakat yang hidup di negara-negara
yang sedang berjuang
untuk mencapai tingkat pembangunan ekonomi tertentu, dan sebagian besar dari mereka berada di
pinggiran ekonomi global. Namun, situasi dunia telah berubah. Sejak krisis ekonomi tahun 2007-2008, negara-negara yang disebut miskin (dunia ketiga) semakin memperjelas dirinya di tengah-tengah negara-negara maju. Patologi sosial-ekonomi seperti kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran telah meroket di negara maju seperti Amerika Serikat, sementara para politisi dan media terus mengapungkan jargon pemulihan ekonomi.
Jika kita mempertanyakan siapa sebenarnya yang
menikmati suatu pemulihan ekonomi, masyarakat miskin atau orang-orang wall-street, maka kita sampai pada
analisis tentang situasi yang tampak sebagai kemajuan. Salah satu cara melakukannya adalah dengan menganalisis data statistik tentang Amerika Serikat versus Venezuela. Analisis ini membantu kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas, bebas dari distorsi media dan politisi, tentang kemajuan yang telah dicapai selama Revolusi Bolivarian; sementara situasi masyarakat miskin dan kelas pekerja di AS terus memburuk.
Pengertian Kemiskinan
Sebelum kita mencapai kesimpulan tentang kemiskinan di Amerika Serikat dan Venezuela, terlebih dahulu kita menetapkan perbedaan mencolok dalam cara mengukur kemiskinan di kedua negara tersebut. Di AS, kemiskinan diukur berdasarkan pendapatan rumah tangga, dengan batas tertentu yang dikenal sebagai "garis
kemiskinan" yang ditentukan oleh Biro Sensus. Di AS, secara sepihak pengukuran didasarkan pada penggambaran murni antara kemiskinan dan "non-kemiskinan".
Analisis dan pengukuran tersebut mengabaikan
fakta bahwa ada perbedaan nyata antara kehidupan mereka yang “sedikit di atas” dan “sedikit di bawah” garis kemiskinan dalam keadaan konstan. Selain itu, faktor kenaikan inflasi, penurunan upah, dan faktor lain terus mempengaruhi daya beli dan kehidupan orang miskin, sehingga garis kemiskinan menjadi lebih problematis.
Sebaliknya, pemerintah Venezuela memiliki seperangkat pengukuran yang jelas
berbeda dengan AS dalam menentukan status kemiskinan, termasuk akses pendidikan, air bersih, perumahan yang layak, dan faktor lainnya [i]. Tolak ukur kemiskinan bukanlah pendapatan, tetapi kualitas hidup. Dengan cara ini, pemerintah Venezuela memberikan gambaran yang jauh lebih komprehensif mengenai situasi sosial-ekonomi
masyarakatnya. Tidak seperti di Amerika Serikat, statistik kemiskinan di Venezuela menjadi salah satu kekuatan pendorong utama di balik pembentukan kebijakan pemerintah. Sementara di AS, kemiskinan telah menjadi “bahasa kotor atau menjijikkan”(dirty
word), setidaknya terbukti dalam perdebatan presiden tahun lalu. Justru Chavez dengan Revolusi Bolivariannya telah membuat kondisi kemiskinan itu menjadi inti dari kebijakan publik pada semua aspek.
Tampilan Angka Statistik
Dengan menguji data statistik yang disusun oleh Biro
Sensus Amerika Serikat, ditemukan banyak fakta yang sangat mengganggu. Pertama,
pada tahun 2012, garis kemiskinan untuk “rumah tangga tipe keempat” (a typical family of four) merupakan
gabungan dari pendapatan kotor (bruto)
sebesar $ 23.050 [ii]. Indikator ini berasal dari penghasilan bruto sebagai lawan
laba bersih (netto), yang tidak
mencerminkan gravitasi dari situasi yang dihadapi oleh keluarga. Bahkan, orang
awam pun yang mengeluarkan biaya hidup selama tinggal di Amerika Serikat segera
dapat menduga bahwa "garis kemiskinan" (poverty line) adalah lelucon yang kejam. Ini berarti tingkat
pendapatan yang rendah sama dengan kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar bagi
kehidupan manusia. Jadi, pada dasarnya, kita tidak berbicara tentang
"orang miskin" (the poor),
tetapi bicara tentang orang-orang yang hidup di ambang kematian dengan masalah
seperti kekurangan gizi (malnutrisi), penyakit akut, dan rintangan lain yang
tidak terhitung jumlahnya. Perlu juga dicatat bahwa pendapatan rata-rata rumah
tangga (bukan hanya mereka yang miskin) terus menurun secara dramatis sebesar
8,1% sejak tahun 2007[iii]. Menjadi jelas lah bahwa kemiskinan tidak
hanya melebar, tetapi juga bertumbuh.
Sudah lama disebut-sebut California sebagai negara
bagian yang paling ekonomis untuk hidup di AS. Lebih dari sekedar kawasan Silicon Valley dan pantainya yang indah,
California menyembuyikan pemukiman penduduk dengan tingkat kemiskinan tertinggi
di Amerika Serikat. Menurut Supplemental
Poverty Measure dari Biro Sensus (BPS) AS, California memiliki tingkat
kemiskinan 23,5% [iv]. Jika angka itu disertakan dengan penduduk yang secara
teknis tidak sesuai dengan ukuran kemiskinan konvensional, yang umumnya hidup
dalam ekonomi marjinal, maka kemiskinan begitu cepat menjadi epidemi di
California.
Pakar ekonomi Universitas Wisconsin Madison, Timothy
Smeeding menjelaskan, "Secara keseluruhan, jaring pengaman sosial
mengcover masyarakat kalangan atas California, sementara kelompok masyarakat
lainnya masih terus berjuang untuk memenuhi persyaratan kupon makanan dan
manfaat lainnya" [v]. Sesungguhnya, kita menyaksikan bahwa di
kawasan penduduk yang paling padat di negara bagian yang disebut-sebut paling
ekonomis itu, situasi kemiskinannya mengenaskan karena semakin banyak orang
tergantung pada program-program pemerintah untuk sekadar bertahan hidup. Dengan
latar belakang penghematan atau pun "reformasi hak" (entitlement reform) yang diperjuangkan
oleh Republikan dan kaum Demokrat akan membuat jutaan orang Amerika semakin
kritis.
Penghasilan, bukan dan tidak harus dilihat sebagai
satu-satunya indikator kemiskinan dan status ekonomi. Ada banyak faktor lain
termasuk akses ke nutrisi yang tepat, sangat penting bagi pertumbuhan anak-anak
dalam situasi kemiskinan. Bahkan, data terbaru dari USDA (2011) menunjukkan
bahwa setidaknya 18 juta rumah tangga di AS yang rawan pangan [vi]. Ini
hanyalah puncak gunung es dari jutaan rumah tangga yang tidak dikategorikan
sebagai "rawan pangan", yang tidak mampu mengakses makanan
berkualitas tinggi. Merekah adalah rumah tangga yang bergantung pada program
pemerintah seperti Program Bantuan Nutrisi Tambahan (SNAP) yang sebelumnya
dikenal sebagai kupon makanan. Kurangnya akses terhadap makanan yang bergizi
tinggi adalah karakteristik kaum miskin perkotaan, di mana setiap warga terutama
yang berkulit warna tertentu berjuang memberi makan anak-anaknya dengan makanan
cepat saji atau makanan berkualitas rendah dibeli di sudut toko.
Pembelajaran dari analisis atas informasi di atas
bahwa kemiskinan dan keamanan pangan adalah penanda kelas sosial tertentu,
tidak melulu indikator dari kesulitan ekonomi. Amerika Serikat adalah rumah
bagi tumbuh-kembangnya kelas bawah, yang mencakup kelas pekerja dan orang kulit
putih, tetapi menyisakan penderitaan bagi masyarakat kulit berwarna. Di setiap
kota besar, dimana masyarakat kulit putih lebih makmur, kondisi kemiskinan
telah menjadi kenyataan yang selalu hadir, yang tersembunyi di balik jargon
"pemulihan ekonomi" Amerika Serikat.
Model Venezuela
Berbeda dengan AS, masyarakat Venezuela terus membuat
kemajuan luar biasa dalam memberantas kemiskinan; dari bangsa yang, selama
puluhan tahun telah menjadi salah satu yang paling miskin dan paling tertindas
di Amerika. Meskipun kekayaan minyak yang luas dan sumber daya yang melimpah,
Venezuela ditandai dengan kemiskinan, khususnya di kalangan penduduk asli dan
petani. Ini adalah produk dari sistem kolonial dan pasca-kolonial dimana, elit
minoritas berkulit putih mendominasi negara. Situasi ini mulai berubah dengan
naiknya Hugo Chavez dengan Revolusi Bolivariannya. Chavez menjadi pahlawan bagi
kaum miskin Venezuela. Dia mewujudkan model sosialismenya yang menjadikan
perang mengentaskan kemiskinan sebagai inti dari kebijakan publik. Ini lah yang
terjadi dalam empat belas tahun jabatannya.
Seperti disebutkan sebelumnya, Venezuela menggunakan seperangkat kriteria untuk mengukur kemiskinan, termasuk akses terhadap pendidikan, air bersih, perumahan yang layak, rumah tangga dengan lebih dari tiga orang yang tinggal di sebuah ruangan, dan rumah tangga dimana kepala rumah tangga memiliki kurang dari tiga tahun pendidikan. Kebijakannya dikenal sebagai sistem Pemenuhan Hak Dasar (Unsatisfied Basic Need – NBI). Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masyarakat Venezuela yang hidup dalam kemiskinan ekstrim (orang-orang yang mengalami dua dari lima indikator kemiskinan) telah menurun dari 11,36% menjadi 6,97%. Pada saat yang sama, harapan hidup dan jumlah penduduk telah meningkat secara signifikan, menunjukkan dampak dari pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih komprehensif. Salah satu bagian penting dari data yang berkaitan dengan masyarakat adat, kelompok yang paling terpinggirkan secara historis. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah mereka telah tumbuh secara signifikan juga, sekarang hampir 3% dari populasi [vii]. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya peningikatan kualitas program layanan kesehatan, akses kepada penduduk dari segmen tradisional pun meningkat.
Seperti disebutkan sebelumnya, Venezuela menggunakan seperangkat kriteria untuk mengukur kemiskinan, termasuk akses terhadap pendidikan, air bersih, perumahan yang layak, rumah tangga dengan lebih dari tiga orang yang tinggal di sebuah ruangan, dan rumah tangga dimana kepala rumah tangga memiliki kurang dari tiga tahun pendidikan. Kebijakannya dikenal sebagai sistem Pemenuhan Hak Dasar (Unsatisfied Basic Need – NBI). Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masyarakat Venezuela yang hidup dalam kemiskinan ekstrim (orang-orang yang mengalami dua dari lima indikator kemiskinan) telah menurun dari 11,36% menjadi 6,97%. Pada saat yang sama, harapan hidup dan jumlah penduduk telah meningkat secara signifikan, menunjukkan dampak dari pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih komprehensif. Salah satu bagian penting dari data yang berkaitan dengan masyarakat adat, kelompok yang paling terpinggirkan secara historis. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah mereka telah tumbuh secara signifikan juga, sekarang hampir 3% dari populasi [vii]. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya peningikatan kualitas program layanan kesehatan, akses kepada penduduk dari segmen tradisional pun meningkat.
Perlu dicatat bahwa salah satu program andalan
pemerintah Bolivarian Chavez adalah pembangunan perumahan publik yang
terjangkau. Presiden Chavez mengumumkan The
Great Housing Mission (GMVV) [viii] pada tahun 2011 bagi rumah tangga
berpendapatan rendah yang hidup di rumah yang tidak memadai atau tidak aman.
Pada September 2012, lebih dari 250.000 rumah telah dibangun dan diberikan
kepada rumah tangga miskin [ix].
Di tengah krisis ekonomi global, dimana banyak negara
maju yang melakukan penghematan, justru pemerintah Chavez terus memperluas
belanja program pengentasan kemiskinan seperti pembangunan perumahan dan
perawatan kesehatan. Revolusi Bolivarian diarahkan untuk mengurangi dan
akhirnya memberantas kemiskinan yang merupakan warisan sejarah dan realitas
masyarakat Venezuela pasca-kolonial Amerika Serikat. Komitmen Chavez adalah
membalikkan warisan itu, lebih dari apa pun, diabadikan dalam hati dan pikiran
rakyat Venezuela.
Sebaliknya, ekonomi kapitalis maju dari Amerika Utara dan Eropa berupaya mati-matian untuk mempertahankan hegemoni mereka dan kelangsungan hidup ekonomi melalui program penghematan yang menggeser beban depresi dari pemodal kaya dan spekulan yang diciptakan untuk orang miskin dan kelas pekerja. Pemotongan biaya jaminan sosial dilakukan, padahal jutaan orang Amerika menggantungkan kelangsungan hidupnya pada program tersebut. Tidak seperti di Venezuela, warisan kekaisaran Barat berusaha untuk menghancurkan jaring pengaman sosial dan mendorong mereka ke dalam kemiskinan. Hal inilah yang memicu krisis kapitalisme negara maju, pasca-industri, dimana sistem ekonomi memperlebar kesenjangan antara kaya dan miskin, menciptakan kekayaan dan kemiskinan yang ekstrim. Dilihat dengan cara ini, Partai Republik dan Demokrat, Presiden Obama dan Ketua DPR Boehner sama-sama bersalah atas penderitaan dan keputusasaan orang-orang miskin di AS setelah menyadari kemajuan Venezuela dengan Revolusi Bolivariannya sebagai model yang benar-benar progresif di masa datang.
Sebaliknya, ekonomi kapitalis maju dari Amerika Utara dan Eropa berupaya mati-matian untuk mempertahankan hegemoni mereka dan kelangsungan hidup ekonomi melalui program penghematan yang menggeser beban depresi dari pemodal kaya dan spekulan yang diciptakan untuk orang miskin dan kelas pekerja. Pemotongan biaya jaminan sosial dilakukan, padahal jutaan orang Amerika menggantungkan kelangsungan hidupnya pada program tersebut. Tidak seperti di Venezuela, warisan kekaisaran Barat berusaha untuk menghancurkan jaring pengaman sosial dan mendorong mereka ke dalam kemiskinan. Hal inilah yang memicu krisis kapitalisme negara maju, pasca-industri, dimana sistem ekonomi memperlebar kesenjangan antara kaya dan miskin, menciptakan kekayaan dan kemiskinan yang ekstrim. Dilihat dengan cara ini, Partai Republik dan Demokrat, Presiden Obama dan Ketua DPR Boehner sama-sama bersalah atas penderitaan dan keputusasaan orang-orang miskin di AS setelah menyadari kemajuan Venezuela dengan Revolusi Bolivariannya sebagai model yang benar-benar progresif di masa datang.
Referensi:
[vii]Ibid.
[viii]http://venezuela-us.org/2011/03/14/president-chavez-announces-creation-of-%E2%80%9Cmission-housing-venezuela%E2%80%9D/
[ix]http://venezuela-us.org/2012/09/07/nearly-250000-homes-built-by-venezuelas-great-housing-mission/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar