Sumber: https://karebaukmmenulis.wordpress.com/2018/06/10/review-diskusi-gerakan-sosial-dan-radikalisasi-agama-di-kalangan-kaum-muda-dan-miskin-kota/ |
Perkumpulan sosial-urbanis, bekerja untuk mewujudkan tata kota berkeadilan sosial, ekonomi, dan politik.
10 Jun 2018
Review Diskusi Gerakan Sosial dan Radikalisasi Agama di Kalangan Kaum Muda dan Miskin Kota
5 Jun 2018
Diskusi-Refleksi Jejaring Institut Rumah Kampung Kota
PENGANTAR
Pasca ledakan
bom bunuh diri di kota Surabaya yang terjadi di lima titik, mengafirmasi seperti apa
kuatnya gerakan ekstremisme1 agama di Indonesia. Beberapa fakta yang ditemukan
pada tragedi bom bunuh diri yang pernah terjadi, sebelum ledakan di Surabaya,
sebagian besar pelakunya berasal dari kelompok masyarakat yang rentan secara
ekonomi dan politik: Atau kelompok masyarakat yang berada di pinggiran kota
(baca: kampung kota).
Menurut Dr Alex P. Schmid (2013) dalam Jurnal ICCT Research Paper bertajuk Radicalisation, De-Radicalisation, Counter Radicalisation: A Conceptual Discussion and Literature
Review,
mengeksplorasi perbedaan radikalisme dan ektremisme melalui lintasan sejarah
gerakan internasional. Dalam riset itu, dijelaskan bahwa secara historis
radikal cenderung lebih terbuka terhadap rasionalitas-meskipun kadang terpaksa
menggunakan cara kekerasan- dan kompromi pragmatis, tanpa meninggalkan
pencarian mereka atas akar masalah. Sedangkan ekstresmisme cenderung memiliki
pemikiran yang tertutup dan kaku, dan secara mutlak menerima kekerasan dalam
metode perjuangan politik. Oleh karenanya, istilah ekstremisme dirasa lebih
tepat dalam mendefinisikan aksi-aksi kekerasan atas nama agama.