10 Feb 2013

Daeng Kebo Laskar Perempuan Republik 1924 – 1947

Penamaan atau pun paddaengang Kebo hanya ada di tanah Makassar. Kebo artinya putih, misalnya pada nama gelaran Macan Kebo ri Tallo, yang ditujukan kepada seorang jawara perguruan silat Harimau Putih. Adapun paddaengang di belakang nama seorang digunakan atau diberikan kepada seseorang yang berstatus menikah. Umumnya, seseorang yang bernama Dg. Kebo berjenis kelamin perempuan, misalnya Salma Dg. Kebo, Mulyati Dg. Kebo. Sangat jarang nama Dg. Kebo berjenis kelamin laki-laki. Emmy Saelan, laskar pejuang dari tanah Makassar itu ternyata pernah menggunakan nama samaran Daeng Kebo. Nama ini mewakili kulitnya yang putih, berhati lembut, tetapi “balaki” dan pemberani.
Nama lengkap Emmy Saelan adalah Salmah Suhartini Saelan. Kelahiran Makassar, 15 Oktober 1924. Dari nama lengkapnya, dia bukan asli orang Sulawesi Selatan. Seperti juga DR. Sam Ratulangi, Robert Wolter Monginsidi, dia orang Sulawesi Utara (Minahasa-Jawa?). Ibunya bernama Sukanti, dan ayahnya Amin Saelan, salah seorang pendiri Gerakan Pendidikan Indonesia Taman Siswa di Sulawesi Selatan. Emmy adalah anak sulung dari tujuh bersaudara. Saudara laki-lakinya adalah CPM Maulwi Saelan yang dikenal sebagai pengawal presiden Soekarno, Wadan Resimen Tjakrabirawa, dan pernah menjadi kiper tim PSSI di Olimpiade Melbourne 1966. Saudara perempuannya, Elly Saelan adalah istri jendral M. Yusuf, mantan Menhankam Pangab TNI pada masa Orde Baru.
Dari Perawat Jadi Laskar
Sebelum bekerja di rumah sakit, Emmy menyelesaikan sekolahnya di Tjgakko, sekolah yang didirikan oleh Jepang. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya selama setahun di Sekolah Tabib, yakni sekolah untuk penyembuhan tradisional di Makassar. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Emmy Saelan bekerja di Rumah Sakit Katolik Stella Maris milik Belanda. Secara diam-diam, dia mengirimkan bantuan medis untuk Angkatan Darat Indonesia. Bahkan, Emmy memainkan peran penting dalam melepaskan sejumlah tawanan yang melakukan pemeriksaan medis. Ketika DR. Sam Ratulangi, gubernur pertama Sulawesi Selatan beserta rekan-rekannya ditangkap dan diasingkan ke Serui Papua, Emmy Saelan memobilisasi pemogokan perawat RS Stella Maris sebagai bentuk protes. Sejak saat itu, Emmy Saelan terus diawasi oleh Belanda karena dicurigai sebagai Extrimist. Emmy Saelan kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain. Merasa tidak nyaman, Emmy Saelan memutuskan berhenti bekerja sebagai perawat rumah sakit dan memilih untuk bergabung dengan kelaskaran Lipang Bajeng, yang dipimpin Ranggong Dg, Romo. Maulwi Saelan juga anggota dari kelompok ini (Muhlis, et.al, 1987).
Sumber lain menyebutkan bahwa Emmy Saelan adalah alumni SMP Nasional, sekolah pertama milik pemerintah Republik di Makassar pasca proklamasi kemerdekaan. Maulwi Saelan, adik Emmy, Wolter Monginsidi, dan beberapa tokoh republik di Makassar juga alumni SMP Nasional. Bersama siswa Perguruan Islam Datu Museng, para pelajar SMP Nasional, termasuk Emmy Saelan, memotori aksi protes menolak pendudukan tentara NICA di Makassar dan pengasingan DR. Sam Ratulangi, gubernur pertama Sulawesi Selatan. Ketika Manai Sophiaan, pimpinan Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI) ditangkap dan dibawa ke markas tentara NICA di Empress Hotel, Emmy dan adiknya Maulwi Saelan bersama pelajar lain menyerbu hotel Empress, kemudian mengibarkan bendera Merah Putih.
Emmy Saelan alias Dg. Kebo aktif dalam berbagai organisasi pemuda gerilyawan. Pada bulan Juli 1946, dia ikut dalam pertemuan 19 organisasi pemuda se-Sulawesi Selatan di Polombangkeng Takalar. Hadir dalam pertemuan tersebut para pelajar SMP Nasional di antaranya Maulwi Saelan, Wolter Monginsidi, Lambert Supit, Abdullah, Sirajuddin. Kesepakatan penting dari pertemuan Polongbangkeng adalah pembentukan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), sebuah perkumpulan kelompok paramiliter republik di Sulsel. Karena keahliannya dalam merawat dan mengobati para laskar pejuang yang terluka atau tewa, Emmy Saelan ditunjuk sebagai Kepala Palang Merah LAPRIS.
Sementara itu, para pelajar SMP Nasional sendiri membentuk organisasi gerilya Harimau Indonesia, yang dipimpin Wolter Monginsidi. Laskar ini bersenjata, yang diperoleh dari hasil rampasan. Emmy Saelan ditunjuk sebagai pimpinan “Laskar Wanita”. Sejak itu, Emmy Saelan adalah gerilyawan republik yang pandai menggunakan bahasa sandi gerilya. Misalnya, mengenali yang mana kawan dan lawan dengan menggunakan sandi memegang rambut.
Sayangnya, sepak terjang Emmy Saelan sebagai laskar Republik tidak panjang. Dia mati muda pada usia 23 tahun (1924 – 1947) dalam pertempuran sengit di perkampungan antara Batua – Tidung – Kassi-kassi. Hanya sekitar setahun setelah dia bergabung ke dalam LAPRIS, Emmy tewas bersama 40-an laskar republik yang dipimpinnya.
Kontroversi Kematian Dg. Kebo
Hingga kini peristiwa kematian Emmy Saelan alias Dg. Kebo menyimpan berbagai versi. Ada yang menyebut Emmy Saelan bunuh diri dengan meledakkan granat di tangannya sendiri agar tidak tertangkap pasukan Belanda. Ada juga yang menyebut Emmy tertangkap dan dieksekusi oleh pasukan Belanda, seperti yang dialami Wolter Monginsidi. Namun, semua versi yang ada di balik peristiwa 23 Januari 1947 tengah malam di kampung Kassi-kassi menyatakan kematian Emmy Saelan adalah kisah heroik. Emmy tidak pernah tertangkap Belanda yang mengepung pasukan republik dari kampung Kassi-kassi hingga Tidung. Meski tertinggal oleh pasukan RW Monginsidi, dia mati bersama pasukannya, bahkan menewaskan pasukan Belanda dari tangan granat di tangannya sendiri. Hal yang berbeda dengan kisah heroik RW Monginsidi. Dia tertangkap dan dieksekusi oleh regu tembak pasukan Belanda di SMP Nasional.
Kisah kontroversi lainnya tentang hubungan pribadi Emmy Saelan dengan Wolter Monginsidi. Ada versi cerita lisan yang menyebut keduanya memiliki hubungan pribadi selama pertempuran. Keduanya sama-sama muda usia yang hidup dalam bara revolusi nasional. Hubungan pribadi apa pun yang terjalin, keduanya dikenang sebagai sepasang gerilyawan pendukung republik. Sayangnya, hingga kini tidak ditemukan surat-menyurat yang dapat mengungkap sejauhmana hubungan pribadi kedua pemuda pejuang republik tersebut.
Catatan: Diolah dari berbagai sumber
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/3/1536/disuruh_menyerah_emmy_lempar_granatrumahkampungkota.blogspot.comrumahkampungkota.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar