22 Agu 2011

Bagaimana Organizer Komunitas di AS Menyelamatkan Demokrasi

Judul postingan ini diolah dari review buku koleksi website goodreads yang berjudul Calling All Radicalls: How to Grassroots Organizers Can Save Our Democracy http://www.goodreads.com/book/show/1066652.Calling_All_Radicals. Penulisnya adalah Gabriel Thompson, seorang organisator komunitas, jurnalis, sekaligus peneliti serikat pekerja, dan pembela kaum migran di Brooklyn. Selain Calling All Radicalls, dia juga penulis buku Working in the Shadows dan There’s No José Here.
Buku Calling All Radicalls (Nation Books, 2007), termasuk salah satu dari tiga buku, yakni Building Powerful Community Organizations: A Personal Guide to Creating Groups That Can Solve Problems and Change the World (Michael Jacoby Brown); Tools for Radical Democracy: How to Organize for Power in Your Community (Joan Minieri and Paul Getsos), yang secara tegas berafiliasi pada pikiran dan model pengorganisasian gerakan Saul David Alinsky. Ketiga buku tersebut memang dipersembahkan kepadanya. Alinsky dikenal luas oleh kalangan organizer dan advokasi masyarakat akar rumput, tidak saja di AS, tapi juga di Asia, khususnya di Filipina melalui salah seorang muridnya Dennis Murphy, pendiri Urban Poor Association (UPA). Di Indonesia, selain UPC - Urban Poor Consortium, "taktik radikalisasi” Saul Alinsky dikembangkan menjadi manual pengorganisasian rakyat pedesaan, yang salah satunya diterbitkan oleh jaringan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA). Semua itu merupakan intisari dari konsep Rules for Radicals: A Pragmatic Primer for Realistic Radicals. Alwy Rachman secara apik menerjemahkan intisari prinsip radikal Alinsky dalam blognya:10 Taktik untuk Para Radikal: Dalil-dalil Alinsky tentang Kekuatan dan Kekuasaan 
Ada apa dengan buku ini? Tentunya, buku ini berharga sebagai referensi bagi para pegiat gerakan sosial (gersos) yang bekerjasama dengan masyarakat sipil untuk mendorong demokratisasi substantif-kontekstual. Gagasan pokoknya adalah bagaimana komunitas - dalam hal ini warga sipil - terorganisasi ke dalam aksi-aksi sistimatis, tetapi juga politis dalam memecahkan persoalan aktual di lingkungan sosialnya. Dalam situs yang membahas bukunya , Bennet Baumer menyebut Thompson termasuk pengikut metode gerakan radikal Saul David Alinsky, tokoh CO (community organizer) legendaris di Chicago - yang juga digelari "neo-marxist" oleh para pengikutnya.
Menariknya lagi, Thompson mengkritisi Alinsky yang cenderung mengabaikan ideologisasi dan pendidikan politik komunitas. Menurut Thompson, pengabaian terhadap kedua hal tersebut akan berakibat fatal (kehancuran) bagi kerja pengorganisasian. Namun demikian, Thompson bukanlah seorang ideolog sejati. Dia sebenarnya organizer yang memiliki kecerdasan dalam mengkontekstualisasi pendidikan politis-ideologis bagi komunitas. Dalam hal tertentu, justru Thompson menghindari sikap fanatisme dalam komunitas buruh dengan cara memperluas kesadaran mereka yang melampaui isu-isu yang diadvokasi. Buku Calling All Radicalls ini sesungguhnya ingin menginspirasi para organizer komunitas yang jenuh pada pekerjaan rutinnya dengan cara selalu membaharui strategi-taktik dalam mencapai cita-cita keadilan sosial dan demokrasi.
Sesuai dengan judul postingan, buku ini menegaskan peran pengorganisasian masyarakat akar rumput dekade 80-an dalam mengintervensi proses demokratisasi. Pada masa itu, situasi demokrasi di Amerika Serikat mengalami kemunduran, yakni ketika tingkat pemilih dalam setiap pemilu semakin menurun, semakin tinggi kekecewaan terhadap praktik demokrasi, serta ketidaksetaraan yang kian lebar. Namun, di balik itu krisis itu, masih tersisa keyakinan akan terjadinya sebuah perubahan di masa datang.
Akhirnya, seperti yang tertulis dalam reviewnya, buku ini menegaskan keyakinan para pegiat sosial (radikal) dalam merebut kembali demokrasi dengan cara yang "klasik", yakni mengandalkan pengorganisasian masyarakat akar rumput. Gabriel Thompson mengacu pada pengalamanya sendiri bekerja dengan masyarakat lokal. Contohnya, ketika seorang kakak dan adik diusir dari rumah mereka, masyarakat menanggapinya dengan aksi protes di depan rumah tuan tanah. Protes ini mendapat perhatian media massa, dan memaksa pemiliknya untuk memungkinkan mereka untuk tetap tinggal. Pengalaman lainnya, ketika anak-anak di Brooklyn Tengah menderita keracunan timbal, Thompson merancang pelatihan kampanye bagi siswa SMA dalam kota untuk melakukan pengujian kualitas lingkungan perumahan, dan ditemukan 1 dari 3 unsur yang membahayakan lingkungan (limbah B3). Hasil pengujian ini memaksa pejabat kota New York untuk mengambil tindakan dengan mendorong legislasi seluruh kota yang mengharuskan tuan tanah bertanggung jawab menerapkan langkah-langkah proaktif perbaikan lingkungan. Buku ini berpendapat bahwa setiap orang mampu mengorganisir masyarakat dengan strategi-taktik kunci pengorganisasian komunitas, pengembangan kepemimpinan, penelitian, serta bekerja secara efektif dengan media.
Referensi:
(http://alwyrachman.blogspot.com/search/label/Gerakan%20Sosial).
http://www.citylimits.org/news/articles/3434/how-to-change-the-world

Tidak ada komentar:

Posting Komentar