Jika kelak kita
jadi walikota, seperti apakah kota dan pemerintahan yang kita
inginkan terjadi? Ini pertanyaan terbuka dari Wardah Hafidz, mantan
kordinator UPC, intelektual sekaligus aktivis HAM, yang akrab di sapa
“mba wardah” oleh rakyat miskin kota. Di sekretariat KPRM Makassar baru-baru ini,
dia mengajukan pertanyaan di atas kepada pengurus KPRM, yang sedang
menyiapkan agenda gerakan politik alternatif 2013-2018.
- pemimpin pemerintahan yang berpihak rakyat
- anggaran yang berpihak rakyat
- pengadaan rumah bagi rakyat miskin
- legalisasi tanah garapan rakyat
- mewujudkan jaminan asuransi sosial
- melindungi produk lokal dan pasar tradisional
- tidak tambah lagi mall dan kendaraan mewah
Sederet jawaban di
atas mencerminkan harapan ideal siapa pun pada walikota kota dan
pemerintahannya kelak. Harapan yang sebenarnya sudah tahunan diucap
berulang-ulang dalam seminar, workshop, pelatihan, talk-show, dengar
pendapat, orasi unjuk rasa, dan obrolan di warkop.
Harapan mereka
terasa ideal hanya karena sistim politik dewasa ini yang abai pada
amanah konstitusi, yakni negara dengan pemerintahannya bertanggung
jawab untuk melindungi, mengayomi, dan mensejahterakan rakyat secara
murni dan konsekuen.
Menaruh harapan
pada pundak walikota dan politisi parpol sekarang ini, rasanya sudah
terlalu sering, bahkan sudah tidak nyaman untuk diajukan lagi. Jadi
lebih baik dijadikan agenda perjuangan Wali Kita saja. Wali Kita adalah
pemimpin masa depan, yang berasal dari kita, yang didukung dan
dipilih oleh siapa saja yang menginginkan kota dan pemerintahannya
bekerja atas perintah konstitusi, yang artinya amanah penderitaan
rakyat (http://institutrmk11.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar