Aman Wijaya
(https://indonesiana.tempo.co/read/63752/2016/02/22/aman.wijaya.aman/orang-kecil-yang-berfikir-besar-sosok-pejuang-rakyat)
Saya mengenalnya enam
tahun yang lalu di sebuah warung kopi di kota Makassar. Saat itu, saya yang
kebetulan sedang mem-browsing tugas perkuliahan, mengamati para pengunjung
warkop tersebut dan mendapati sekumpulan orang yang sebagian besar dari mereka
adalah senior saya di kampus. Di antara mereka, ada sosok yang sama sekali
tidak ku kenali. Waktu itu, dia hanya diam mengamati rekan-rekannya yang sedang
berdiskusi. Di sela-sela pendiskusian, sekali-sekali rekan-rekannya memotong
pendiskusian dan meminta pendapatnya. Namun orang itu hanya mengangguk-ngangguk
tanpa sepatah kata. Selang beberapa minggu, di tempat yang sama, orang itu
muncul lagi. Dan seorang teman memperkenalkan saya padanya. M.Nawir, itulah
namanya.
Setiap
kali saya mengunjungi warung kopi itu, saya selalu mendapati dirinya di
tengah-tengah pengunjung lainnya. Tapi karena belum beberapa lama mengenalnya,
saya masih enggan untuk menginisiasi sebuah obrolan bersama dirinya. Padahal
saya begitu penasaran, karena beberapa dosen saya seringkali mengatakan bahwa,
“Nawir adalah sosok yang berpotensi menjadi orang kaya, namun tetap memilih
menjadi miskin”. Selain itu, katanya dia juga dikenal sebagai sosok pekerja
sosial yang yang terampil, tak kenal lelah, dan jadi buah pembicaraan publik
utamanya rakyat miskin kota. Sebab itu, saya coba menanyakan banyak hal ke
seorang senior yang cukup dekat dengannya.