20 Feb 2010

IDEOLOGI DAN GERAKAN SOSIAL

Materi Diskusi KALABAHU LBH Makassar 2010
(Diolah dari berbagai sumber oleh M. Nawir)

Demonstrasi dan agitasi saja adalah mudah, karena tidak berkehendak akan kerja dan usaha terus menerus. Dengan agitasi mudah membangkitkan kegembiraan hati orang banyak, tetapi tidak membentuk pikiran orang. Karena kerapkali kegembiraan sementara itu lenyap dengan lekas. Agitasi baik bagi pembuka jalan. Didikan membimbing rakyat ke organisasi. Sebab itu usaha kita sekarang: Pendidikan (Hatta dalam John Ingleson, 1988)

Gerakan sosial muncul ketika pihak yang kuat mendominasi pihak yang lemah. Pihak yang berkuasa sewenang-wenang terhadap masyarakat. Pihak yang menguasai modal melakukan penghisapan ekonomi di luar batas.
→ Setiap ada dominasi selalu ada perlawanan atau resistensi !
→ Arighi: anti-systemic movement:
o Pertama, gerakan pembebasan nasional untuk membebaskan diri dari imperialisme.
o Kedua, gerakan revolusi yang dilakukan oleh kaum pengikut marxis ortodoks untuk merebut basis produksi dan kekuasaan politik.
o Ketiga, gerakan reformasi yang dilakukan melalui jalan parlementarian

(1) Perlawanan terhadap Portugis yang dipimpin Adipati Unus, setahun setelah Malaka jatuh

(2) Perlawanan berbasis organisasi modern setelah abad ke 19

• Budi Utomo 1908 → akses beasiswa pendidikan bumiputra
• Sarekat Islam 1912 → menentang feodalisme dan imperialisme
• Politik Etis → ”orang belanda yang baik hati”
• Pergerakan nasional → Sjahrir, Hatta, Tan Malaka, Sukarno
o Syahrir → ”berpikir jujur dan revolusioner”, ”berpijak di bumi, terlibat tetapi tetap tenang”
o Hatta → ”melihat konteks sosial yang ada”
o Tan Malaka → ”merdeka 100℅”, ”menolak segala bentuk kompromi”
o Sukarno → ”merdeka dengan kompromi”
• Ideologi dan parpol → komunisme, nasionalisme radikal, sosialisme demokrat, tradisionalisme Jawa dan Islam (herbeth feith)
• Pergulatan konsep negara kebangsaan

(3) Gerakan parlementarian atau reformasi (arighi) → Maklumat Parpol 1945 dan Pemilu 1955

• Pergulatan sistim dan bentuk ketatanegaraan
• Politik sebagai Panglima → Runtuhnya Cita-cita Revolusi
• Ekonomi sebagai Panglima → Orba sebagai Boneka Kapitalisme

(4) Gerakan Sosial LSM → menggantikan class struggle dengan social force:

• kesejahteraan (charity)
• pembangunan (community development)
• pembedayaan (community organizing)
• pengorganisasian politik (advocacy)
o memilih pengadilan sebagai arena politik;
o menargetkan pada perubahan peraturan/UU; dan
o menggali dukungan advokasi internasional

(5) Reformasi sosial pasca Orba → kontradiksi internal kaum reformis

• Mendorong demokratisasi dengan perubahan sistim pemilu
• Membiarkan politisi Orba dan reformis gadungan mengisi kekuasaan politik
• Menyaksikan agen-agen neoliberalisme berkonsolidasi mengendalikan pemerintahan reformis → privatisasi, deregulasi, dan pencabutan subsidi.
• Basis rakyat mengalami disorientasi politik dan ”krisis utopia”

(6) Tiga ciri gerakan sosial pasca Orba:

• Pertama, gerakan sosial yang menjadikan negara (domain politik) sebagai arena perjuangan utama
• Kedua, gerakan sosial yang menjadikan masyarakat sipil sebagai arena perjuangan utama
→ sektoral, gerakan sosial yang memiliki basis produksi yang jelas terkait dengan sistim ekonomi nasional seperti buruh, petani, sektor informal kota, profesional, dan lainnya
→ non-sektoral, dimana basis sosial gerakan atau isu yang menjadi pusat gerakan tidak memiliki basis produksi yang jelas seperti pluralisme, toleransi, lingkungan, dan lainnya
• Ketiga, gerakan sosial yang menjadikan “habitus relasi internasional” sebagai arena perjuangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar